Tuesday, February 24, 2009

Semuanya Bermula Bahkan Sebelum Engkau Dilahirkan...

Pernahkah engkau bertanya dalam hatimu....

Mengapa aku dilahirkan ke dunia ini...?

Apa arti hidupku.....?

Kata orang... Tuhan yang membawa aku ke dunia ini...

Kalau begitu....Kenapa aku masih merasa kosong dan tidak berarti ?


Semuanya berawal ketika engkau lahir kedunia.....tidak...bahkan sebelum engkau dilahirkan.....

Temukan Jawabannya Disini.....

Monday, February 23, 2009

Perjalanan Panjang Mencari Arti Hidup

--> Pada Februari 2006, Majalah musik Rolling Stone menurunkan berita utama dengan judul “The Passion of Kanye West” yang menampilkan pemenang Grammy Kanye West dengan sebuah mahkota duri dikenakan di kepalanya. Gambar tersebut adalah sebuah parodi dari peran Jim Caviezel sebagai Yesus dalam film The Passion Of Christ.

Walaupun Kanye West dikenal karena sikapnya yang urakan, Namun sebuah kecelakaan fatal yang dialaminya pada tahun 2002 membuat ia mulai mencari arti kehidupan. Dalam lagu hitsnya,”Jesus Walks,” West menyatakan bahwa ia mengalami sebuah pergumulan batin karena dosa-dosanya telah membuat ia jauh dari Tuhan, walaupun begitu, ia mengatakan bahwa ia masih memerlukan Yesus. Beberapa bait syair dalam lagu rapnya menunjukkan pergumulan West :
Aku disini tidak ingin berdebat mengenai bagaimana wajahNya…Atau untuk membuat seorang ateis menjadi seorang percaya…Aku hanya menyatakan seperti sekolah membutuhkan guru-guru…Dan seperti Kathy Lee membutuhkan Regis, demikianlah kita semua butuh Yesus…Dan aku rasa tidak ada satu halpun yang bisa kulakukan untuk membersihkan dosaku….Yesus berjalan bersamaku.. bersamaku …bersamaku.... Aku ingin berbicara kepada Tuhan, tapi aku takut karena kami sudah tidak berbicara satu sama lain begitu lama”


Bagi West, Yesus nyata, tapi ia merasa belum perlu berhubungan dengan Tuhan. Jika Yesus adalah pribadi yang sama seperti yang dikatakanNya, Pencipta dunia ini, maka kita bisa berharap bahwa Ia relevan dengan kehidupan kita. Bahkan Yesus berkata bahwa ia datang untuk memberikan kepada kita kehidupan yang jauh melampaui mimpi terhebat kita. Jika itu benar, kita juga bisa berharap untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kita yang paling dalam :Siapakah aku ?Mengapa aku ada di dunia ini ? Kemanakah aku akan pergi setelah mati ?
Siapakah aku” adalah sebuah pertanyaan yang tanpa terduga menghampiri pemenang Oscar Jack Nicholson. Diabaikan oleh ayahnya ketika ia masih seorang balita, Nicholson dituntun untuk percaya bahwa neneknya adalah ibunya dan ibunya adalah kakak perempuannya. Dia tumbuh dengan mempercayai cerita yang dibuat oleh mereka hingga ia berumur 37 tahun ketika wartawan majalah TIME mengungkap kebenarannya. Merasa kecewa, Nicholson mencari identitas diri dalam kesenangan dunia—hidup untuk saat ini. Dia menyatakan,”Aku menolak semua agama yang mapan. Agamaku pada dasarnya adalah untuk hidup di saat ini, waktu sekarang…aku iri dengan orang-orang beriman…aku berdoa kepada sesuatu..di atas sana..hal itu sesuatu yang manusiawi aku rasa.”
Madonna tergoda untuk menjawab pertanyaan, ”Mengapa aku ada di dunia ini ?” dengan cara menjadi seorang diva. Ia mengakui,”Ada masanya dimana aku kira kemashyuran, kekayaan dan pengakuan publik akan memberikanku kebahagiaan. Namun suatu hari, engkau bangun dan menyadari bahwa itu tidak benar…aku masih merasa ada sesuatu yang hilang…Aku ingin mengetahui arti kebahagiaan sejati yang abadi dan cara untuk menggapainya.”
Yang lain, bahkan telah menyerah untuk mencari arti kehidupan. Kurt Cobain, vokalis band grunge Nirvana, mengalami keputusasaan pada saat ia berusia 27 tahun dan pergumulan itu membawa ia kepada tindakan bunuh diri yang tragis. Kartunis Ralph Barton juga menemukan hidup yang tiada arti dan melakukan hal yang sama. ia meninggalkan catatan bunuh diri sebagai berikut :
Aku mengalami beberapa masalah, banyak teman, kesuksesan, aku sudah berkali-kali berganti istri, berkunjung ke negara-negara yang ada di dunia, Namun aku berakhir dengan usaha keras menciptakan hal-hal semu untuk memenuhi hariku.”


Pascal, Filsuf besar Perancis, percaya bahwa perasaan kosong yang kita alami semua hanya dapat dipenuhi oleh Tuhan. Dia berkata,”Ada ruangan kosong yang diciptakan Tuhan didalam hati setiap manusia yang hanya dapat dipenuhi oleh Yesus,”
Jika Pascal benar, maka kita bisa berharap bahwa Yesus bukan hanya dapat menjawab pertanyaan kita, namun juga dapat memberikan harapan untuk hidup setelah kematian. Apakah mungkin ada arti dalam hidup ini tanpa Tuhan? Tidak menurut atheis Bertrand Russel yang menulis,”kecuali engkau mengasumsikan adanya Tuhan, maka pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan menjadi tidak berarti.”
Russel berakhir dengan “membusuk” di kuburan. Di bukunya, “Why I am not a Christian” Russel menolak segala sesuatu yang dikatakan oleh Yesus tentang kehidupan, termasuk janji akan kehidupan kekal. Tapi jika Yesus benar-benar mengalahkan kematian seperti yang diceritakan oleh para saksi mata, maka Ia sendiri pasti dapat memberitahukan kepada kita apa arti kehidupan yang sesungguhnya dan dengan demikian menjawab pertanyaan,”Kemana aku pergi setelah mati?”

Untuk mengerti bagaimana perkataan, kehidupan dan kematian Yesus dapat memberitahu identitas kehidupan kita, maka kita harus mengerti apa yang Ia katakan tentang Tuhan, diri kita dan diriNya.


Jadi, siapakah Tuhan sebenarnya ? klik disini

Sunday, February 22, 2009

Siapakah Tuhan Sebenarnya ?

Yesus menunjukkan kepada kita seperti apa Tuhan itu. Banyak yang mengira bahwa Tuhan adalah sekedar sebuah kekuatan dan bukan seorang pribadi yang dapat kita kenal. Tuhan yang dibicarakan Yesus tidak seperti The Force dalam film Star Wars yang ketuhanannya diukur dengan voltase. Sebaliknya Ia mau berhubungan dengan kita, bahkan lebih dari itu, Ia berpikir, Ia mendengar. Dia berkomunikasi dengan bahasa yang kita mengerti. Dan Yesus mengatakan kepada kita bahwa Tuhan itu Kasih.

Tuhan Yang Mengasihi

Kasih Tuhan jauh berbeda dengan kasih yang kita kenal yang berdasarkan pada penampilan. Kasih Tuhan tidak mementingkan diri sendiri dan rela memberi. Yesus membandingkan kasih Tuhan dengan kasih yang sempurna dari seorang ayah. Ayah yang baik ingin memberi yang terbaik untuk anak-anaknya, berkorban untuknya, dan menyediakan segala keperluannya. Namun untuk kepentingan anaknya pula, ia mendisiplinkan mereka.

Yesus memberi ilustrasi hati Tuhan yang penuh Kasih dengan sebuah cerita mengenai seorang anak pemberontak yang menolak nasihat ayahnya mengenai hidup dan hal-hal penting. Arogan dan mementingkan diri sendiri, anak itu ingin berhenti bekerja dan “hidup”. Daripada menunggu hingga ayahnya siap untuk memberi warisan kepadanya, dia mulai menekan ayahnya untuk segera memberi warisan bagiannya. Dalam cerita Yesus, ayahnya mengabulkan permintaan anaknya. Tapi, hal-hal buruk terjadi kepada anaknya setelah ia menghabiskan seluruh uangnya.

Akhirnya, anak itu berakhir di peternakan babi dan bekerja keras untuk sesuap nasi di tempat itu. Segera, ia sering kelaparan sehingga makanan babi menjadi kelihatan begitu enak baginya. Ragu dan tidak yakin ayahnya akan menerimanya kembali, ia mengepak pakaiannya dan kembali pulang.

Yesus menyatakan bahwa bukan hanya ayahnya menerima kepulangannya, bahkan ketika ia melihat anaknya datang dari kejauhan, ia berlari untuk menyambutnya. Dan kemudian, ayahnya yang begitu bahagia menyiapkan sebuah pesta besar merayakan kepulangan anaknya. Menarik, walaupun kasih ayahnya begitu besar, dia tidak mengejar anaknya atau mencarinya. Ia membiarkan anak yang dikasihinya merasakan rasa sakit dan penderitaan akibat dari pilihannya untuk memberontak.

Dalam cara yang mirip, Kasih Tuhan tidak akan berkompromi demi yang terbaik bagi kita. Ia akan membiarkan kita merasakan penderitaan yang diakibatkan oleh pilihan-pilihan kita yang salah. Yesus juga mengajarkan bahwa Tuhan tidak akan pernah mengkompromikan karakterNya. Karakter adalah siapa kita dan esensi yang menjadi dasar dari segala pikiran dan tindakan kita. Jadi seperti apakah Tuhan itu sebenarnya ?

Kudus

Di seluruh alkitab (hampir 600 kali), Tuhan disebut kudus. Kudus artinya bahwa karakter Tuhan sepenuhnya murni dan sempurna dalam segala hal, tidak bercacat cela. Bukan hanya itu, Dia juga tidak pernah menyetujui pikiran-pikiran yang tidak murni dan tidak konsisten dengan kesempurnaan karakterNya. Lebih lanjut, kekudusan Tuhan berarti bahwa ia tidak dapat berada di hadirat kejahatan. Karena kejahatan adalah lawan dari sifatNya, Ia membencinya. BagiNya itu adalah sebuah polusi.

The Passion Of Christ

Menyaksikan Jim Caviezel memerankan Yesus dalam film garapan Mel Gibson, The Passion Of Christ adalah sebuah pengalaman yang menggoncang. Prajurit Romawi yang sadis dengan brutal memukuli Yesus yang ditutup matanya sambil mencela identitasNya. Lalu, setelah memberikan cambukan dengan cambuk berkait, para algojo memaku tangan dan kakinya ke kayu salib. Kemudian, Yesus mati setelah menjalani berjam-jam penderitaan.

Hal itu cukup membuat miris, bahkan bagi para penonton yang tidak memiliki perasaan. Banyak penonton yang terkejut bertanya-tanya dalam hati mereka, mengenai apakah semua ini ? Film tersebut tidak pernah benar-benar menjawabnya, tapi Perjanjian baru menjawabnya.

Paulus berkata kepada kristen Roma bahwa Tuhan menunjukkan kasihNya kepada kita dengan cara memberikan Yesus untuk kita bahkan ketika kita masih berdosa. Sejak peristiwa 2000 tahun yang lalu, miliaran orang telah menerima kasih karunia Yesus dan mengkomitmenkan diri bagiNya. Dan dari sejak Kristen mula-mula hingga Kristen abad 21, Yesus telah mengubah banyak kehidupan. Salah satunya adalah kehidupan yang berubah secara drastis ketika menyaksikan film The Passion Of Christ.

Pada 19 Januari 2004, di kota kecil Fort Bend, kantor sherif menerima sebuah laporan tragis. Renee Coulter telah menemukan putrinya yang berumur 19 tahun, Ashley Wilson, tewas di apartemennya. Sebuah sarung bantal ditemukan menutupi kepalanya dan seutas tali terlingkar dilehernya. Semua bukti mengarah kepada tindakan bunuh diri.

Pada Maret 2004, kurang dari enam minggu setelah kematian Ashley, The Passion Of Christ diputar di bioskop-bioskop Richmond, Texas. Seseorang yang bernama Dan Leach membeli tiket dan pergi ke bioskop tanpa mengetahui bahwa ia akan mendapatkan sebuah pengalaman yang akan mengubah hidupnya selamanya. Setelah menyaksikan film tersebut, Leach yang berumur 21 tahun berjalan memasuki kantor sherif Fort Bend untuk menyerahkan dirinya atas kejahatan membunuh Ashley Wilson.

Para polisi terkejut karena sebelumnya mereka mengira bahwa kematian Ashley adalah akibat tindakan bunuh diri. Namun Dan Leach mengakui sebaliknya. Di sebuah wawancara eksklusif dengan radio KTRH di Houston, Leach menyatakan bahwa setelah menyaksikan dan memahami kematian Kristus, ia dituntun untuk mengakui kejahatannya. Yesus telah mengubah satu kehidupan lagi.

Tapi apabila Tuhan memang kudus dan menolak kejahatan, mengapa Ia tidak membuat karakter manusia menjadi seperti karakterNya? Mengapa ada orang-orang yang melakukan pelecehan seksual, pembunuh, pemerkosa, dan orang-orang jahat lainnya? Dan mengapa kita selalu bergumul dengan pilihan-pilihan moral kita? Pertanyaan ini membawa kita kepada bagian lain dari perjalanan kita mencari arti kehidupan. Apa yang dikatakan Yesus tentang kita ?


Siapakah diri kita sebenarnya ? Klik Disini

Siapakah Diri Kita Sebenarnya ?

Diciptakan untuk bergaul denganNya

Jika engkau membaca perjanjian baru, engkau akan menemukan bahwa Yesus terus menerus berbicara mengenai betapa berharganya kita di hadapan Tuhan, bahwa kita diciptakan untuk menjadi anakNya.

Bono, seorang rock star anggota U2 pernah berkata dalam sebuah wawancara,”adalah sebuah konsep yang dashyat bahwa Tuhan yang menciptakan alam semesta mencari seorang sahabat, sebuah hubungan yang sejati dengan manusia….” Dengan kata lain, sebelum alam semesta diciptakan, Tuhan berencana untuk mengadopsi kita kedalam keluargaNya. Bukan hanya itu, Dia juga telah merencanakan untuk memberi kita sebuah warisan yang luar biasa. Seperti hati Bapa di dalam cerita Yesus, Tuhan ingin memberikan kepada kita secara melimpah warisan yang tidak terbayangkan dan sebuah hak kerajaan. Di mataNya, kita semua begitu berharga.

“Aku akan berada dalam kesulitan besar jika Karma yang akan menjadi hakim bagiku…” Bono – U2.

Kebebasan Untuk Memilih

Dalam film Stepford Wives, seorang pria pembunuh yang lemah, tukang bohong dan rakus telah menciptakan sebuah robot yang patuh untuk menggantikan istri-istri mereka yang tidak mau diatur dan dianggap sebagai ancaman. Walaupun harusnya pria-pria itu mencintai istri-istri mereka, mereka menggantikannya dengan mainan dengan tujuan untuk memaksakan kehendaknya.

Tuhan bisa saja membuat kita seperti itu – manusia robot, yang diprogram untuk mengasihi dan mematuhiNya. Namun dengan demikian, kasih kita akan menjadi tiada arti. Dia ingin kita mengasihiNya dengan bebas.

Di dalam hubungan yang sejati, kita ingin seseorang untuk mencintai kita bukan karena kewajiban – kita inginkan seorang belahan jiwa dibanding seorang pasangan yang datang lewat pesanan.


Soren Kierkegaard meringkas dilema ini dalam sebuah cerita. Ada seorang raja yang jatuh cinta dengan seorang pelayan yang sederhana. Raja itu tidak seperti raja yang lain. Semua pemimpin gemetar dihadapannya…namun raja ini diluluhkan oleh cinta kepada seorang pelayan. Bagaimana ia dapat menyatakan cinta kepadanya?

Dalam sebuah cara yang ganjil, statusnya sebagai raja mengikat tangannya. Jika ia membawa ia untuk tinggal di istananya dan memahkotainya dengan permata…dia pastilah tidak akan menolak. Tidak ada yang berani untuk menolak raja tersebut. Namun apakah pelayan itu akan mencintainya ? tentu saja pelayan itu akan berkata bahwa ia mencintainya, tapi apakah perkataan itu datang dari kesungguhan hati?

Itulah masalahnya. Dengan sebuah perkataan yang lebih modern : bagaimana caranya engkau memutuskan hubungan dengan seorang teman pria yang telah lama engkau kenal ? (“sepertinya semuanya tidak berjalan lancar bagi kita, namun sepertinya kamu sudah tahu soal itu.”) Tuhan menciptakan manusia dengan sebuah kapasitas yang unik, Kehendak bebas.

Pemberontak

CS Lewis berkata bahwa walapun kita pada dasarnya diprogram dengan hasrat untuk mengenalNya, kita telah memberontak terhadap hasrat itu pada saat kita dilahirkan.

Lewis juga mulai memeriksa motif dirinya yang akhirnya memimpin ia kepada sebuah penemuan bahwa ia secara insting mampu membedakan mana yang salah dan benar. Pengenalan ini, bahwa pada dasarnya kita diprogram dengan moral batin telah membawa Lewis, seorang ateis kepada kesimpulan bahwa pastilah ada seorang “Pemberi Hukum Moral”. Tentu saja, menurut Yesus, Tuhan telah memberikan kepada kita hukum moral untuk patuh. Dan bukan hanya kita telah menolak untuk memiliki hubungan dengan Tuhan, kita juga telah melanggar hukum-hukum moral yang telah ditetapkan Tuhan.

Kebanyakan dari kita mengetahui beberapa dari sepuluh perintah Tuhan :”Jangan berdusta, mencuri, berbohong, berzinah,” dll. Yesus meringkas semuanya dengan berkata bahwa kita harus mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Dosa, karenanya, bukan hanya segala hal yang salah yang kita lakukan ketika kita melanggar hukum moral tersebut, namun juga kegagalan kita untuk melakukan apa yang baik. Tuhan menciptakan dunia dengan hukum-hukum yang memerintah atas segala yang ada di dalamnya. Hal tersebut tidak dapat diubah.

Ketika Einstein mendapatkan rumus E=MC2, dia telah menyingkap misteri dari energi nuklir. Taruhlah bahan-bahan yang tepat bersama-ama dalam sebuah kondisi yang tepat dan kekuatan yang dashyat akan dilepaskan. Alkitab mengatakan kepada kita bahwa hukum moral Tuhan masih tetap valid karena hukum itu sendiri diciptakan dari karakterNya. Dari sejak manusia pertama, kita telah memberontak kepada hukum Tuhan, bahkan walaupun hukum itu dimaksudkan untuk kebaikan kita. Dan kita telah gagal untuk melakukan apa yang baik. Kita telah mewarisi kondisi ini sejak dari manusia pertama, Adam.

Alkitab menyebut ketidakpatuhan ini, Dosa, yang berarti “Luput dari sasaran” seperti seorang pemanah yang gagal mengenai sasaran yang diharapkan. Karena itu, dosa-dosa kita telah merusak hubungan kita dengan Tuhan. Memakai contoh pemanah tadi, kita telah luput dari sasaran penciptaan kita. Dosa menyebabkan pemisahan pada semua hubungan : umat manusia mengalami pemisahan dengan lingkungan (keterasingan), individu terpisah dari dirinya sendiri (rasa bersalah dan rasa malu), manusia terpisah dari manusia yang lain (perang dan pembunuhan), dan manusia terpisah dari Tuhan (kematian spiritual).

Seperti sebuah mata rantai, ketika satu mata rantai antara Tuhan dan kemanusiaan putus, semua hubungan yang lain menjadi putus. Dan kita menjadi hancur. Seperi lirik lagu rap Kanye West, Dan aku rasa tidak ada satu halpun yang bisa kulakukan untuk membersihkan dosaku…Aku ingin berbicara kepada Tuhan, tapi aku takut karena kami sudah tidak berbicara satu sama lain begitu lama”

Lirik West berbicara tentang pemisahan yang dibawa oleh dosa kedalam kehidupan kita. Dan menurut Alkitab, pemisahan ini lebih daripada sekedar lirik dalam sebuah lagu rap. Pemisahan ini berakibat maut. Dosa-dosa kita telah memisahkan kita dari kasih Allah. Pemberontakan kita telah menciptakan sebuah dinding pemisah antara kita dan Tuhan (lihat Yesaya 59:2). Di dalam Alkitab,”Pemisahan” berarti kematian spiritual. Dan kematian spiritual berarti terpisah mutlak dari cahaya dan kehidupan Tuhan. “Tapi, tunggu dulu,” katamu menyela…..

“Apakah Tuhan mengetahui semua itu ketika Ia menciptakan kita?

Mengapa Ia tidak dapat melihat bahwa rencanaNya akan berakhir dengan bencana ?” Tentu saja, Tuhan yang maha tahu mengetahui bahwa kita akan memberontak dan jatuh kedalam dosa. Faktanya, kegagalan kitalah yang membuat rencanaNya begitu mengagumkan. Hal ini membawa kita kepada pengetahuan tentang alasan Tuhan datang ke dunia dalam rupa manusia. Dan bahkan yang lebih menakjubkan – alasan yang luar biasa untuk kematianNya.

Siapakah Yesus Sebenarnya ? Klik disini.

Siapakah Yesus Sebenarnya ?

Solusi Sempurna Tuhan

Pengarang Ray Stedman menulis tentang Mesias yang dijanjikan Tuhan :”Dari sejak awal Perjanjian Lama, ada sebuah atmosfer pengharapan, seperti suara langkah kaki yang semakin mendekat, ,"seseorang akan datang !"

Pengharapan itu semakin meningkat lewat nubuat-nubuat yang diucapkan para nabi, "..seseorang akan datang !”

Para nabi di jaman dahulu telah menubuatkan bahwa seorang mesias akan datang dan menjadi penebus dosa yang sempurna bagi Tuhan dan Mesias ini dapat memenuhi rasa keadilan Tuhan. Manusia sempurna ini layak untuk mati bagi kita.
Menurut penulis Perjanjian Lama, satu-satunya alasan Yesus layak untuk mati bagi kita adalah karena Ia menjalani kehidupan yang sempurna secara moral tanpa dosa. Sangat sulit untuk mengerti bagaimana kematian Yesus dapat membayar seluruh dosa-dosa kita. Mungkin analogi hukum dapat menjelaskan bagaimana Yesus menjawab dilema antara Kasih Tuhan yang Sempurna dengan Keadilan.
Bayangkan engkau memasuki sebuah ruang pengadilan, bersalah atas tuduhan pembunuhan (engkau mempunyai masalah serius). Sambil menghampiri bangku terdakwa, engkau menyadari bahwa hakim pengadilan itu adalah ayahmu sendiri. Mengetahui bahwa ia mengasihimu, segera engkau memohon, ”Ayah, lepaskan aku!” ayahmu merespon,” aku mengasihimu nak, tapi aku adalah seorang hakim. Aku tidak bisa melepaskanmu begitu saja.” Dia terluka............
Akhirnya ia memukul palu pengadilan dan menyatakan bahwa engkau bersalah. Keadilan tidak dapat dikompromikan, paling tidak oleh seorang hakim. Namun karena ia mengasihimu, dia turun dari kursi, melepas jubah hakimnya dan menawarkan untuk membayar hukuman bagimu, bahkan ia menggantikanmu di kursi listrik.
Adegan inilah yang dilukiskan oleh perjanjian baru. Tuhan turun dari tahtaNya kedalam sejarah umat manusia dalam rupa Yesus Kristus dan pergi ke kursi listrik (baca : salib) menggantikan kita, untuk kita. Yesus bukanlah sekedar pihak ketiga yang menerima cambukan kita, dan membuang dosa-dosa kita. Namun Ia adalah Tuhan sendiri. Taruhlah seperti ini, Tuhan memiliki dua pilihan : untuk menghakimi dosa kita atau untuk menanggung dosa kita dengan menjalani penghukuman bagi kita. Di dalam Kristus, ia memilih yang kedua.
Walaupun Bono tidak menganggap dirinya sebagai seorang teolog, namun dia dengan akurat menyatakan alasan kematian Yesus : maksud kematian Yesus adalah : Ia menanggung dosa seluruh dunia, sehingga apa yang telah kita tabur, tidak kita tuai, Itulah artinya. Hal itu seharusnya membuat kita menjadi rendah hati. Bukan karena perbuatan baik kita yang membawa kita ke surga.

Yesus tidak berkata bahwa Ia adalah sebuah jalan kepada Tuhan. Dia berkata Dialah satu-satunya Jalan itu, dan bahwa kematianNya adalah satu-satunya solusi bagi dosa kita (Yoh 14:6). Mereka yang percaya bahwa semua agama sama menolak mengakui bahwa kita memiliki masalah dosa. Mereka menolak untuk menerima perkataan Kristus dengan serius. Mereka berkata bahwa kasih Tuhan dapat menerima kita semua, tanpa melihat apa yang telah kita lakukan.
Mungkin Hitler layak menerima penghakiman, mereka beralasan, tapi tidak bagi mereka yang hidup “dengan baik”. Hal itu seperti mengatakan bahwa Tuhan memberikan nilai bagi setiap manusia, dan siapa yang mendapat D- atau lebih baik, dapat masuk ke surga. Namun hal ini membawa sebuah dilema. Seperti yang telah kita lihat, dosa adalah lawan absolut dari karakter kudus Tuhan. Karenanya walaupun kita melawan Ia yang menciptakan kita, Ia masih tetap mengasihi kita hingga mau mengorbankan AnakNya yang tunggal bagi kita. Pemberontakan kita seperti meludah wajahNya. Apakah itu perbuatan baik, agama, meditasi ataupun karma, tidak ada yang dapat membayar dosa-dosa kita.
Menurut teolog RC Sproul, hanya Yesus sendiri yang dapat melunasi hutang-hutang kita. Dia berkata, semua orang dapat memberikan nasehat-nasehat yang baik, tapi tidak ada satupun dari orang tersebut yang layak menjadi penebusan bagi dosa-dosa kita....hanya Kristus yang layak untuk menerima pelayanan dan pengabdian kita.
Kasih Karunia yang tidak Layak
Istilah Alkitab untuk mendeskripsikan pengampunan gratis Tuhan lewat kematian Kristus adalah Kasih Karunia. Apabila belas kasihan menyelamatkan kita dari hukuman yang seharusnya kita terima, maka kasih karunia Tuhan memberikan kepada kita apa yang tidak layak kita terima. Mari kita lihat sejenak bagaimana Kristus melakukan sesuatu bagi kita yang tidak bisa kita lakukan bagi kita sendiri.
-->
Sebuah Tahap Kosmik Yang Baru
Kehidupan baru yang didapat akibat menerima Kristus dan kematianNya disebut “hidup kekal”. Sebuah kehidupan yang diampuni dan berubah adalah sesuatu yang dapat diperoleh ; hal ini bahkan menjadi tema utama banyak film dan biografi.

Memikirkan kehidupan setelah kematian adalah sebuah konsep kebebasan yang kuat, Hal itu juga membawa ketakutan akan hal-hal yang tidak diketahui. Seperti apakah surga itu sebenarnya ? Apakah disana kita akan kehilangan identitas dan kebebasan kita? Apakah kediaman kita adalah sebuah awan cumulus yang tebal? Apakah kita akan bosan disana ?

CS Lewis mengetahui bahwa kebangkitan Yesus telah membuka sebuah babak baru yang radikal dalam skema kosmik alam semesta. Lewis juga menyediakan sebuah analogi yang menolong kita untuk mengerti tentang kehidupan kekal. Ia menyatakan bahwa jika seorang anak kecil diberi tahu bahwa tindakan seksual adalah kesenangan badani yang tertinggi, dia mungkin akan bertanya apakah engkau sedang memakan coklat. Jika engkau berkata tidak, anak itu akan berpikir bahwa bahwa seksualitas adalah sesuatu yang negatif, sesuatu yang “kurang coklat”. Dia akan melihat seksualitas sebagai sesuatu yang tidak menarik, padahal tidak seperti itu. Jadi, kata Lewis, kita akan melihat konsep kita mengenai surga dan kehidupan yang kekal dalam cara pandang yang negatif, walaupun tidak demikian sebenarnya.
Dr Randy Alcorn yang menghabiskan 25 tahun meneliti ayat-ayat alkitab tentang surga dan telah mengajar banyak seminar mengenai hal ini menyediakan sebuah pengetahuan yang mencerahkan mengenai kehidupan setelah kematian dalam bukunya “Heaven”. Alcorn mendeskripsikan bahwa surga adalah “terang, menggetarkan dan sebuah bumi yang baru, bebas dari dosa, penderitaan dan kematian, meluap dengan hadirat Kristus, penuh dengan keindahan natural dan kekayaan budaya umat manusia seperti yang diinginkan Tuhan.”
Alcorn membandingkan pengalaman kita di surga dengan imajinasi seorang anak kecil yang tidak dikekang. Kita akan menjadi “manusia sejati dengan tubuh yang sejati, menikmati hubungan yang dekat dengan Tuhan dan sesama, makan, minum, bekerja, bermain, bepergian, dan menyembah” walaupun Alcorn mendasarkan pandangannya pada beberapa ayat, satu ayat meringkas semua itu : Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 korintus 2:9)
  1. Tuhan mengasihi kita dan menciptakan kita untuk bergaul denganNya.
  2. Kita diberi kebebasan untuk menerima atau menolak hubungan tersebut.
  3. Dosa dan pemberontakan kita melawan Tuhan dan hukumNya telah menciptakan sebuah dinding pemisah antara Dia dan kita.
  4. Walaupun kita layak menerima penghukuman kekal, Tuhan telah membayar lunas semuanya lewat kematian Yesus yang menggantikan kita, membuat hidup kekal bersama dia menjadi mungkin.

Bono memberikan kepada kita perpektifnya mengenai Kasih Karunia.
“Kasih Karunia tidak sesuai dengan logika dan dalih. Ketika penghukuman menghampiri, Kasih menyela. tentu saja jika engkau mengizinkannya. Bagiku hal itu adalah sebuah kabar baik karena aku telah melakukan banyak hal yang bodoh...aku akan mengalami masalah besar jika Karma yang pada akhirnya menjadi hakimku...hal ini tidak berarti membuat aku menyangkal dosa-dosaku, namun aku berpegang pada kasih karunia. Aku menerima bahwa Yesus menanggung dosaku dan membawanya ke kayu salib, karena aku tahu siapa diriku, dan aku harap aku tidak perlu bergantung kepada keagamaanku.”
Sekarang kita mengetahui gambaran tentang rencana Tuhan tentang masa yang akan datang. Namun masih ada satu hal yang kurang. Menurut Perjanjian Baru, setiap dari kita harus merespon karunia gratis yang ditawarkan oleh Yesus kepada kita. Dia tidak akan memaksa kita untuk menerimanya.
Engkau yang memilih akhirnya......klik disini.

Engkau Yang Memilih Akhirnya.....

Pengarang dan pengajar internasional, Ravi Zacharias mengatakan, ”Pesan Yesus menyingkapkan bahwa setiap individu di dunia ini, apakah dia seorang yahudi, yunani atau romawi atau dari peradaban yang lain, akan mengenal Tuhan bukan karena hak kelahiran, melainkan dari sebuah pilihan sadar untuk membiarkan Dia memerintah atas hidup individu tersebut.”

Pilihan kita sering dipengaruhi oleh orang lain. Kisah nyata berikut ini mengilustrasikan bagaimana sebuah nasihat yang didasarkan atas niat baik dapat berakhir dengan tragis. Seorang pria yang sedang berada di lantai 92 di menara selatan gedung World Trade Center (WTC) New York baru saja mendengar sebuah pesawat menabrak menara utara. Terkejut karena ledakan tersebut, dia menelepon polisi untuk meminta petunjuk. “Kami perlu tahu apakah kami harus segera keluar dari gedung ini, karena kami tahu ada ledakan yang terjadi barusan,” dia berkata dengan panik di telepon.

Suara di ujung telepon menasehatinya untuk tidak melakukan evakuasi. “aku sedang menunggu pemberitahuan lebih lanjut.” “baiklah,” kata si penelepon. “Jangan melakukan evakuasi.” lalu dia menutup telepon. Kira-kira jam 09.00 pagi, sebuah pesawat yang lain menabrak lantai 80 di menara selatan. Hampir 600 orang di lantai-lantai atas tersebut tewas. Kegagalan untuk mengevakuasi isi gedung adalah salah satu tragedi terbesar hari itu.

600 orang itu tewas karena mereka bergantung kepada informasi yang salah., bahkan walaupun informasi itu diberikan oleh seseorang yang berusaha menolong. Tragedi tersebut tidak akan terjadi apabila 600 orang tersebut mendapatkan informasi yang benar.

Pilihan sadar kita tentang Yesus jelas lebih penting dibanding dengan situasi yang dihadapi korban 9/11 yang mendapat informasi salah. Kekekalan sedang dipertaruhkan. Kita dapat memilih satu dari tiga respon . Kita bisa mengabaikan dia. Kita bisa menolak dia. Atau kita bisa menerima Dia.

Alasan mengapa banyak orang menjalani kehidupan mengabaikan Tuhan adalah karena mereka terlalu sibuk menjalankan agenda kehidupan mereka sendiri. Chuck Colson adalah salah satu orang yang seperti itu. Pada usia 39, Colson telah berkantor di gedung putih. Ruangannya persis di sebelah ruang kerja Presiden Amerika Serikat. Dia adalah “pria tangguh” dari pemerintahan Richard Nixon, “manusia kapak” yang selalu dapat mengambil keputusan yang sulit. Pada tahun 1972, skandal watergate menghancurkan reputasinya dan hidupnya menjadi berantakan. Di kemudian hari dia menulis :

“Aku selalu memikirkan diriku sendiri, aku melakukan ini itu, aku telah meraih banyak hal, aku sukses, namun aku tidak pernah memberikan apa-apa untuk Tuhan karena kesuksesan itu, aku tidak pernah bersyukur kepada Tuhan. Aku tidak pernah memikirkan adanya “Otoritas Yang Lebih Tinggi” selain diriku sendiri. Jika pernah terpikir olehku ada Tuhan di atas sana, maka tidak pernah terpikir olehku untuk berhubungan denganNya.”

Banyak orang yang dapat menyamakan diri mereka dengan Colson. Sangat mudah terjebak dalam fase kehidupan yang cepat dan hanya punya sedikit atau bahkan tidak ada waktu sama sekali untuk Tuhan. Namun, dengan menolak kasih karunia pengampunan Tuhan, akan ada konsekuensi yang berat. Hutang dosa kita akan tetap ada.

Dalam kasus kriminal, hanya sedikit yang pernah mengalami pengampunan penuh. Pada tahun 1915, George Burdick, editor koran New York Tribune telah menolak untuk menyebut sumber beritanya dan karenanya melanggar hukum. Presiden Wodrow Wilson menyatakan pengampunan penuh bagi Burdick, yang secara mengejutkan ditolak olehnya. Pengadilan tinggi menyatakan bahwa sebuah pengampunan dianggap sah apabila diterima oleh terhukum. Namun demikian, Burdick tetap menolak.

Penolakan-penolakan terhadap pengampunan Kristus muncul karena beberapa hal. Beberapa menggunakan alasan intelektual, namun gagal untuk meneliti bukti-bukti yang ada. Beberapa lagi menolak untuk melihat melampaui orang-orang kristen munafik yang mereka kenal, sambil menuduh bahwa orang kristen adalah orang yang tidak mengasihi dan menyalahkan perilaku inkonsisten tersebut sebagai alasan. Namun ada juga yang menyalahkan Tuhan untuk kejadian-kejadian yang tragis dalam hidup mereka. Ravi Zacharias yang telah memberikan ceramah megenai hal ini di ratusan kampus memberikan alasan yang lebih mendalam.

“Seorang manusia menolak Tuhan, bukan karena tuntutan intelektual atau karena kurangnya bukti. Seorang manusia menolak Tuhan karena hambatan moral yang menolak kebutuhannya akan Tuhan.”

CS Lewis mengenali bahwa hasrat pribadinya untuk kebebasan moral telah menempatkannya dalam sebuah peperangan dengan Tuhan, sebuah perang yang tidak dapat dimenangkannya hanya dengan mengubah perilakunya. Lewis membandingkan penerimaan kita kepada Kristus dengan seorang musuh yang dikalahkan dan menyerahkan persenjataannya.

“Manusia yang jatuh bukanlah hanya sekedar makhluk tidak sempurna yang membutuhkan perbaikan. Dia adalah pemberontak yang harus menyerahkan persenjataannya. Menyerahkan persenjataanmu, menyerah...., mengatakan bahwa engkau meminta maaf, sadar bahwa engkau sudah berada di jalur yang salah dan siap untuk memulai sebuah kehidupan yang baru....itulah yang disebut pertobatan.”

Pertobatan adalah sebuah kata yang berarti sebuah pembalikan dramatis dari cara berpikir. Itulah yang terjadi pada “manusia kapak” setelah skandal watergate terungkap. Colson mulai memikirkan hidup dalam cara pandang yang berbeda. Dia mulai membaca buku karangan Lewis "Mere Christianity" yang diberikan oleh seorang teman. Dididik sebagai pengacara, Colson mulai mengambil sebuah buku catatan dan mulai meneliti argumen Lewis. Colson mengingat :

“Aku tahu waktunya sudah tiba bagiku...Apakah aku akan menerima Yesus sebagai Tuhan dalam kehidupanku ? Kelihatannya seperti ada sebuah gerbang besar dihadapanku yang menghalangi jalanku. Aku Tidak bisa mencari jalan lain. Aku harus melangkah masuk atau tetap berada diluar. Sebuah “mungkin” atau “aku butuh waktu lagi” mulai menggoda pikiranku.”

Setelah pergumulan batin, mantan asisten Presiden Amerika Serikat ini akhirnya menyadari bahwa Yesus Kristus layak menerima kesetiaan penuh darinya. Colson menulis :

“Jadi, pada jumat pagi, sementara aku duduk sendiri memandang lautan yang aku sukai, kata-kata keluar dari mulutku :'Tuhan Yesus, aku percaya kepadaMu, aku menerimaMu. Datanglah dalam kehidupanku. Aku menyerahkannya kepadaMu."



Colson menemukan bahwa pertanyaannya,”Siapakah diriku sebenarnya?” “Mengapa aku ada?” dan “Kemanakah aku akan pergi setelah mati?” terjawab dalam hubungan pribadinya dengan Yesus Kristus. Rasul Paulus berkata,” It is in Christ that we find out who we are and what we are living for.” (Efesus 1:11, The Message)

Ketika kita memasuki hubungan pribadi dengan Yesus Kristus, Dia akan memenuhi kekosongan hati kita, memberikan kita damai sejahtera dan memuaskan hasrat kita untuk mengerti tentang arti hidup dan harapan kita. Karenanya kita tidak perlu lagi memberikan pemuasan fana yang semu dalam hidup kita. Ketika dia masuk kedalam diri kita, dia juga memuaskan keinginan dan kebutuhan terdalam kita untuk mengetahui kebenaran, kasih yang sejati dan rasa aman.

Dan hal yang lebih menakjubkan adalah bahwa Tuhan sendiri datang sebagai manusia untuk membayar lunas semua hutang kita. Sehingga kita tidak lagi berada dibawah penghukuman dosa. Paulus mengatakan dengan jelas kepada warga Roma. Ia menulis :


“Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya.” Kolose 1:21-22

Dia memberikan kehidupan yang kekal dengan cuma-cuma – dan siapa yang menerimanya akan mendapatkannya. Pilihannya ditanganmu.

Kembalinya sang Raja. Klik disini

Kembalinya Sang Raja

Dalam novel J.R.R Tolkien, Lord of the Rings : The Return of the King. Tanah mistik Gondor diserbu oleh pasukan orc dari Mordor. Aragon harus menyadari identitas dan tujuan sejatinya sebagai raja umat manusia untuk memenangkan peperangan terakhir melawan kejahatan.

Dasar dari alur cerita Tolkien tentang kembalinya sang raja dan usahanya menghancurkan kejahatan diambil dari perkataan-perkataan Yesus yang diucapkan kepada murid-muridNya. Dalam beberapa kesempatan, Ia mengatakan kepada mereka bahwa Ia akan kembali apabila waktunya sudah tiba. Mereka mengharapkannya segera, namun Yesus memiliki tugas bagi para muridNya untuk diselesaikan menjelang kedatanganNya.

Kebanyakan orang Yahudi kecewa dengan Yesus. Juru selamat yang mereka inginkan adalah Ia yang dapat menaklukkan musuh-musuhnya dan merestorasi kejayaan bangsa Yahudi. Para nabi telah menubuatkan kedatangan Mesias yang akan datang sebagai Raja untuk memerintah atas musuh-musuh Israel. 500 tahun sebelum kelahiran Yesus, Nabi Zakharia telah menulis :
Beginilah firman TUHAN: Aku akan kembali ke Sion dan akan diam di tengah-tengah Yerusalem. Yerusalem akan disebut Kota Setia, dan gunung TUHAN semesta alam akan disebut Gunung Kudus. “ Zakharia 8:3
Setelah kebangkitan Yesus, Dia menghabiskan 40 hari dengan murid-muridNya, mengajarkan kepada mereka apa yang harus mereka ketahui untuk membawa pesanNya kepada dunia yang jahat. Selama waktu itu, Ia terus menegaskan kepada mereka bahwa Ia akan kembali untuk mendirikan kerajaanNya seperti yang ditulis oleh nabi Zakharia. Yang tidak diberitahu olehNya adalah waktu kedatanganNya. Yesus mengatakan bahwa walaupun tidak ada seorang manusiapun yang mengetahui saat kedatanganNya, namun ada tanda-tanda yang akan mendahului peristiwa tersebut.
Salah satu tanda tersebut adalah kembalinya bangsa Yahudi ke tanah mereka di Israel. Hal itu telah terjadi pada tahun 1948. Ketika Yesus naik ke surga, ia terangkat ke awan-awan. Pada saat para murid sedang memandang peristiwa itu, beberapa malaikat muncul dan berkata kepada mereka :
-->
"Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga." (Kisah 1:11)
-->
Dan, kita masih menunggu. Petrus berkata bahwa “pada hari-hari terakhir” manusia akan menolak ide kedatangan Yesus. Namun kejadian-kejadian di dunia, terutama di Yerusalem dan Timur Tengah sepertinya menuju kepada sebuah masalah yang hanya dapat diselesaikan oleh Tuhan sendiri. Alkitab berkata bahwa apabila orang Yahudi melihat Yesus datang di awan-awan, mereka akan menyadari kesalahan tragis mereka karena penolakan kepadaNya.
-->
"Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung.” Zakharia 12:10.
Dalam kitab Wahyu, kitab terakhir dari perjanjian baru, Rasul Yohanes menyatakan bahwa peristiwa zaman akhir akan ditandai dengan kedatangan Yesus. Kekacauan di Yerusalem akan membawa dunia ke tepi kehancuran. Dunia tidak punya harapan apabila Tuhan tidak mengintervensi. Mereka yang melawan Yesus pada saat kedatanganNya akan gemetar ketakutan. Mereka yang mempercayaiNya akan memandangNya dengan penuh sukacita. Dan mereka akan diangkat untuk berjumpa denganNya di awan-awan. Apakah kita sudah mendekati hari-hari kedatangan Raja Sejati ?

Saturday, February 21, 2009

Sekarang saatnya.....

Tuhan menyediakan sebuah rancangan bagimu, sebuah rencana kehidupan yang begitu pribadinya sehingga hanya kepadamulah Ia mau memberitahukannya. Sama seperti sidik jarimu yang unik dan tiada duanya, Begitulah dirimu bagiNya.

Kita adalah manusia yang berdosa, dan tentulah kita menyadari bahwa dosa kita jauh lebih besar dibanding perbuatan baik kita. Dan seumur hidup kita, kita bergumul dengan dosa tersebut.

Pernahkah kamu merasa kosong di dalam hatimu ? Dan kamu sering bertanya dalam hatimu, “sepertinya ada yang kurang dalam hidupku. “ Tahukah kamu jawabannya?

Seperti yang dikatakan oleh Pascal, ketika Ia menciptakanmu, Ia menaruh sebuah tempat dihatimu yang hanya dapat diisi olehNya. Karena itu ketika kamu berjalan dengan kemauanmu sendiri, melupakan Dia dan menolak Dia, tempat itu akan tetap kosong.

Karena itulah, kamu sering merasa gelisah di tempat tidurmu di malam hari karena kamu takut menghadapi hari esok.

Karena itulah, kadang kamu merasa ingin mengakhiri hidupmu ketika kamu merasa ditinggalkan oleh semua orang, ketika orang tuamu menganggap kamu anak yang tidak berguna, ketika mereka membanding-bandingkan kamu dengan kakak atau adikmu, kamu merasa kalah.

Karena itulah, kadang ketika kamu sedang berjalan di keramaian bersama teman-teman akrabmu, kamu merasa kesepian.

Karena itulah, ketika seseorang berkata “I Love U” kepadamu, kamu masih merasa tidak dicintai.

Ada yang kurang…..

Sekarang, kamu sudah tahu kenapa….ya…Yesus ! Kamu belum menerimaNya didalam hidupmu.

Saat ini ambillah langkah untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Ia adalah Tuhan yang hidup sehingga hanya butuh sebuah perkataan yang tulus dari kita untuk menggerakkan tanganNya.

Jadi berdoalah demikian :

Yesus, aku serahkan hidupku mulai dari saat ini kepadaMu.

Aku menyadari bahwa aku adalah seorang yang berdosa dan tidak bisa terlepas dari dosa,

Aku menyadari bahwa perbuatan baikku tidak dapat menyelamatkanku..

sehingga aku membutuhkan Engkau untuk menebusku.

Aku menerimaMu sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Aku percaya Engkau adalah satu-satunya jalan kepada Bapa.

Dan aku percaya saat ini juga, Engkau telah menyelamatkan aku. Amin.

Doa yang sederhana. Dan mulai saat ini, kamu adalah manusia yang baru.

Friday, February 20, 2009

Kehidupan yang diubahkan

Sekarang.......engkau adalah manusia baru...

Perjalananmu tidak berakhir disini, sebaliknya...segala sesuatu baru saja dimulai.

engkau telah mengambil keputusan terbesar yang pernah engkau ambil.

Sekarang....engkau dapat melihat kehidupan-kehidupan lain yang telah diubahkan.

Mulai dari atlet seperti Kaka dan George Foreman hingga seorang mantan bintang film porno.

Hidup mereka berubah ketika keputusan itu diambil.

Mudah-mudahan kehidupan mereka dapat menginspirasi hidupmu lebih dalam...

Klik disini untuk mengetahui kisah mereka

Jika engkau ingin mengetahui lebih lanjut tentang kehidupan barumu..

hubungi kami di saikuvelo@gmail.com