Jika engkau membaca perjanjian baru, engkau akan menemukan bahwa Yesus terus menerus berbicara mengenai betapa berharganya kita di hadapan Tuhan, bahwa kita diciptakan untuk menjadi anakNya.

“Aku akan berada dalam kesulitan besar jika Karma yang akan menjadi hakim bagiku…” Bono – U2.
Kebebasan Untuk Memilih

Tuhan bisa saja membuat kita seperti itu – manusia robot, yang diprogram untuk mengasihi dan mematuhiNya. Namun dengan demikian, kasih kita akan menjadi tiada arti. Dia ingin kita mengasihiNya dengan bebas.
Di dalam hubungan yang sejati, kita ingin seseorang untuk mencintai kita bukan karena kewajiban – kita inginkan seorang belahan jiwa dibanding seorang pasangan yang datang lewat pesanan.

Soren Kierkegaard meringkas dilema ini dalam sebuah cerita. Ada seorang raja yang jatuh cinta dengan seorang pelayan yang sederhana. Raja itu tidak seperti raja yang lain. Semua pemimpin gemetar dihadapannya…namun raja ini diluluhkan oleh cinta kepada seorang pelayan. Bagaimana ia dapat menyatakan cinta kepadanya?

Itulah masalahnya. Dengan sebuah perkataan yang lebih modern : bagaimana caranya engkau memutuskan hubungan dengan seorang teman pria yang telah lama engkau kenal ? (“sepertinya semuanya tidak berjalan lancar bagi kita, namun sepertinya kamu sudah tahu soal itu.”) Tuhan menciptakan manusia dengan sebuah kapasitas yang unik, Kehendak bebas.
Pemberontak
Lewis juga mulai memeriksa motif dirinya yang akhirnya memimpin ia kepada sebuah penemuan bahwa ia secara insting mampu membedakan mana yang salah dan benar. Pengenalan ini, bahwa pada dasarnya kita diprogram dengan moral batin telah membawa Lewis, seorang ateis kepada kesimpulan bahwa pastilah ada seorang “Pemberi Hukum Moral”. Tentu saja, menurut Yesus, Tuhan telah memberikan kepada kita hukum moral untuk patuh. Dan bukan hanya kita telah menolak untuk memiliki hubungan dengan Tuhan, kita juga telah melanggar hukum-hukum moral yang telah ditetapkan Tuhan.
Kebanyakan dari kita mengetahui beberapa dari sepuluh perintah Tuhan :”Jangan berdusta, mencuri, berbohong, berzinah,” dll. Yesus meringkas semuanya dengan berkata bahwa kita harus mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Dosa, karenanya, bukan hanya segala hal yang salah yang kita lakukan ketika kita melanggar hukum moral tersebut, namun juga kegagalan kita untuk melakukan apa yang baik. Tuhan menciptakan dunia dengan hukum-hukum yang memerintah atas segala yang ada di dalamnya. Hal tersebut tidak dapat diubah.
Ketika Einstein mendapatkan rumus E=MC2, dia telah menyingkap misteri dari energi nuklir. Taruhlah bahan-bahan yang tepat bersama-ama dalam sebuah kondisi yang tepat dan kekuatan yang dashyat akan dilepaskan. Alkitab mengatakan kepada kita bahwa hukum moral Tuhan masih tetap valid karena hukum itu sendiri diciptakan dari karakterNya. Dari sejak manusia pertama, kita telah memberontak kepada hukum Tuhan, bahkan walaupun hukum itu dimaksudkan untuk kebaikan kita. Dan kita telah gagal untuk melakukan apa yang baik. Kita telah mewarisi kondisi ini sejak dari manusia pertama, Adam.
Alkitab menyebut ketidakpatuhan ini, Dosa, yang berarti “Luput dari sasaran” seperti seorang pemanah yang gagal mengenai sasaran yang diharapkan. Karena itu, dosa-dosa kita telah merusak hubungan kita dengan Tuhan. Memakai contoh pemanah tadi, kita telah luput dari sasaran penciptaan kita. Dosa menyebabkan pemisahan pada semua hubungan : umat manusia mengalami pemisahan dengan lingkungan (keterasingan), individu terpisah dari dirinya sendiri (rasa bersalah dan rasa malu), manusia terpisah dari manusia yang lain (perang dan pembunuhan), dan manusia terpisah dari Tuhan (kematian spiritual).

Lirik West berbicara tentang pemisahan yang dibawa oleh dosa kedalam kehidupan kita. Dan menurut Alkitab, pemisahan ini lebih daripada sekedar lirik dalam sebuah lagu rap. Pemisahan ini berakibat maut. Dosa-dosa kita telah memisahkan kita dari kasih Allah. Pemberontakan kita telah menciptakan sebuah dinding pemisah antara kita dan Tuhan (lihat Yesaya 59:2). Di dalam Alkitab,”Pemisahan” berarti kematian spiritual. Dan kematian spiritual berarti terpisah mutlak dari cahaya dan kehidupan Tuhan. “Tapi, tunggu dulu,” katamu menyela…..
“Apakah Tuhan mengetahui semua itu ketika Ia menciptakan kita?
Mengapa Ia tidak dapat melihat bahwa rencanaNya akan berakhir dengan bencana ?” Tentu saja, Tuhan yang maha tahu mengetahui bahwa kita akan memberontak dan jatuh kedalam dosa. Faktanya, kegagalan kitalah yang membuat rencanaNya begitu mengagumkan. Hal ini membawa kita kepada pengetahuan tentang alasan Tuhan datang ke dunia dalam rupa manusia. Dan bahkan yang lebih menakjubkan – alasan yang luar biasa untuk kematianNya.
Siapakah Yesus Sebenarnya ? Klik disini.
No comments:
Post a Comment