Sunday, February 22, 2009

Siapakah Tuhan Sebenarnya ?

Yesus menunjukkan kepada kita seperti apa Tuhan itu. Banyak yang mengira bahwa Tuhan adalah sekedar sebuah kekuatan dan bukan seorang pribadi yang dapat kita kenal. Tuhan yang dibicarakan Yesus tidak seperti The Force dalam film Star Wars yang ketuhanannya diukur dengan voltase. Sebaliknya Ia mau berhubungan dengan kita, bahkan lebih dari itu, Ia berpikir, Ia mendengar. Dia berkomunikasi dengan bahasa yang kita mengerti. Dan Yesus mengatakan kepada kita bahwa Tuhan itu Kasih.

Tuhan Yang Mengasihi

Kasih Tuhan jauh berbeda dengan kasih yang kita kenal yang berdasarkan pada penampilan. Kasih Tuhan tidak mementingkan diri sendiri dan rela memberi. Yesus membandingkan kasih Tuhan dengan kasih yang sempurna dari seorang ayah. Ayah yang baik ingin memberi yang terbaik untuk anak-anaknya, berkorban untuknya, dan menyediakan segala keperluannya. Namun untuk kepentingan anaknya pula, ia mendisiplinkan mereka.

Yesus memberi ilustrasi hati Tuhan yang penuh Kasih dengan sebuah cerita mengenai seorang anak pemberontak yang menolak nasihat ayahnya mengenai hidup dan hal-hal penting. Arogan dan mementingkan diri sendiri, anak itu ingin berhenti bekerja dan “hidup”. Daripada menunggu hingga ayahnya siap untuk memberi warisan kepadanya, dia mulai menekan ayahnya untuk segera memberi warisan bagiannya. Dalam cerita Yesus, ayahnya mengabulkan permintaan anaknya. Tapi, hal-hal buruk terjadi kepada anaknya setelah ia menghabiskan seluruh uangnya.

Akhirnya, anak itu berakhir di peternakan babi dan bekerja keras untuk sesuap nasi di tempat itu. Segera, ia sering kelaparan sehingga makanan babi menjadi kelihatan begitu enak baginya. Ragu dan tidak yakin ayahnya akan menerimanya kembali, ia mengepak pakaiannya dan kembali pulang.

Yesus menyatakan bahwa bukan hanya ayahnya menerima kepulangannya, bahkan ketika ia melihat anaknya datang dari kejauhan, ia berlari untuk menyambutnya. Dan kemudian, ayahnya yang begitu bahagia menyiapkan sebuah pesta besar merayakan kepulangan anaknya. Menarik, walaupun kasih ayahnya begitu besar, dia tidak mengejar anaknya atau mencarinya. Ia membiarkan anak yang dikasihinya merasakan rasa sakit dan penderitaan akibat dari pilihannya untuk memberontak.

Dalam cara yang mirip, Kasih Tuhan tidak akan berkompromi demi yang terbaik bagi kita. Ia akan membiarkan kita merasakan penderitaan yang diakibatkan oleh pilihan-pilihan kita yang salah. Yesus juga mengajarkan bahwa Tuhan tidak akan pernah mengkompromikan karakterNya. Karakter adalah siapa kita dan esensi yang menjadi dasar dari segala pikiran dan tindakan kita. Jadi seperti apakah Tuhan itu sebenarnya ?

Kudus

Di seluruh alkitab (hampir 600 kali), Tuhan disebut kudus. Kudus artinya bahwa karakter Tuhan sepenuhnya murni dan sempurna dalam segala hal, tidak bercacat cela. Bukan hanya itu, Dia juga tidak pernah menyetujui pikiran-pikiran yang tidak murni dan tidak konsisten dengan kesempurnaan karakterNya. Lebih lanjut, kekudusan Tuhan berarti bahwa ia tidak dapat berada di hadirat kejahatan. Karena kejahatan adalah lawan dari sifatNya, Ia membencinya. BagiNya itu adalah sebuah polusi.

The Passion Of Christ

Menyaksikan Jim Caviezel memerankan Yesus dalam film garapan Mel Gibson, The Passion Of Christ adalah sebuah pengalaman yang menggoncang. Prajurit Romawi yang sadis dengan brutal memukuli Yesus yang ditutup matanya sambil mencela identitasNya. Lalu, setelah memberikan cambukan dengan cambuk berkait, para algojo memaku tangan dan kakinya ke kayu salib. Kemudian, Yesus mati setelah menjalani berjam-jam penderitaan.

Hal itu cukup membuat miris, bahkan bagi para penonton yang tidak memiliki perasaan. Banyak penonton yang terkejut bertanya-tanya dalam hati mereka, mengenai apakah semua ini ? Film tersebut tidak pernah benar-benar menjawabnya, tapi Perjanjian baru menjawabnya.

Paulus berkata kepada kristen Roma bahwa Tuhan menunjukkan kasihNya kepada kita dengan cara memberikan Yesus untuk kita bahkan ketika kita masih berdosa. Sejak peristiwa 2000 tahun yang lalu, miliaran orang telah menerima kasih karunia Yesus dan mengkomitmenkan diri bagiNya. Dan dari sejak Kristen mula-mula hingga Kristen abad 21, Yesus telah mengubah banyak kehidupan. Salah satunya adalah kehidupan yang berubah secara drastis ketika menyaksikan film The Passion Of Christ.

Pada 19 Januari 2004, di kota kecil Fort Bend, kantor sherif menerima sebuah laporan tragis. Renee Coulter telah menemukan putrinya yang berumur 19 tahun, Ashley Wilson, tewas di apartemennya. Sebuah sarung bantal ditemukan menutupi kepalanya dan seutas tali terlingkar dilehernya. Semua bukti mengarah kepada tindakan bunuh diri.

Pada Maret 2004, kurang dari enam minggu setelah kematian Ashley, The Passion Of Christ diputar di bioskop-bioskop Richmond, Texas. Seseorang yang bernama Dan Leach membeli tiket dan pergi ke bioskop tanpa mengetahui bahwa ia akan mendapatkan sebuah pengalaman yang akan mengubah hidupnya selamanya. Setelah menyaksikan film tersebut, Leach yang berumur 21 tahun berjalan memasuki kantor sherif Fort Bend untuk menyerahkan dirinya atas kejahatan membunuh Ashley Wilson.

Para polisi terkejut karena sebelumnya mereka mengira bahwa kematian Ashley adalah akibat tindakan bunuh diri. Namun Dan Leach mengakui sebaliknya. Di sebuah wawancara eksklusif dengan radio KTRH di Houston, Leach menyatakan bahwa setelah menyaksikan dan memahami kematian Kristus, ia dituntun untuk mengakui kejahatannya. Yesus telah mengubah satu kehidupan lagi.

Tapi apabila Tuhan memang kudus dan menolak kejahatan, mengapa Ia tidak membuat karakter manusia menjadi seperti karakterNya? Mengapa ada orang-orang yang melakukan pelecehan seksual, pembunuh, pemerkosa, dan orang-orang jahat lainnya? Dan mengapa kita selalu bergumul dengan pilihan-pilihan moral kita? Pertanyaan ini membawa kita kepada bagian lain dari perjalanan kita mencari arti kehidupan. Apa yang dikatakan Yesus tentang kita ?


Siapakah diri kita sebenarnya ? Klik Disini

No comments:

Post a Comment